Assalamu'alaikum Warohmatullohi wabarokatuh !
Selamat Datang & Terima Kasih Atas Kunjungan Anda Di Situs Kami
Untuk Order Cepat WA Kami ke 085710543828 Format Pemesanan Ketik: Psn#NamaProduk#Jumlah#Nama#AlamatLengkap#NoHP#Bank
Sebelum belanja di Toko Online Kami, ada baiknya agar Anda membaca terlebih dahulu menu CARA PEMESANAN & CARA PEMBAYARAN. Kami Menjamin RAHASIA ANDA, setiap Paket yang kami kirim tertutup rapat untuk umum. Harga yang Kami cantumkan di Situs ini adalah Harga Eceran. Untuk Harga GROSIR silahkan Hubungi Kami via Pin BB: 53539271, via Telp: 085217805323, via E-mail: walafan@gmail.com atau SMS ke 085710543828

Ngidam Tak Harus Dituruti

Ketika buah hati pertama lahir, bahagianya pasti luar biasa. Tapi, beda cerita kalau bunda tidak siap dengan sejumlah perubahan dan konsekuensi. Alih-alih happy, bunda justru bisa stres akibat timbulnya sejumlah konflik.

KEHADIRAN momongan adalah sebuah keniscayaan bagi pasangan yang tidak menunda memiliki anak. Jika tidak ada hambatan, tak lama setelah mengikat janji, seorang istri akan segera punya tambahan status sebagai calon ibu. Akan terjadi sejumlah perubahan sebagai konsekuensi berbadan dua.Selain perubahan fisik,ada pula perubahan psikologi.

Nah, yang berbahaya, istri tidak siap menjadi calon bunda. Misalnya, pekerjaan belum mapan, suami belum lulus kuliah, atau pasangan masih menumpang di rumah mertua. Tidak bahagia menyambut kehadiran calon bayi, bunda justru rentan terserang stres.

Idealnya, rencana-rencana masadepan, termasuk soal momongan,didiskusikan oleh pasangan sebelum menikah,” jelas psikolog Nur Ainy Fardana SPsi MSi. Selain itu, istri wajib membekali diri dengan berbagai informasi tentang perubahan yang mungkin terjadi saat mengandung dan melahirkan buah hati,” imbuhnya.

Menurut Neny, panggilan akrab Nur Ainy, ada tiga perubahan penting yang dialami calon bunda. Yakni,fisik, emosi serta relasi sosial. Pada usia perkawinan yang relatif muda,istri harus menambah penyesuaian.Selain dengan suami dan keluarga,istri menyesuaikan diri dengan kehamilannya.

Saat istri hamil, pasangan harus paham betul akan adanya konsekuensi fisiologis. Maksudnya, hal-hal psikologis yang mungkin terjadi karena ada perubahan fisik. Misalnya,morning sickness dan gampang lelah yang membuat perasaan calon bunda tidak nyaman. Di sini suami harus berperan.

Suami harus mengerti kondisi fisiologis tersebut dan melakukan penyesuaian juga.

“Jika biasanya istri yang siapkan sarapan, ya suami yang ganti menyiapkan kalau istri kena morning sickness. Kalau biasanya istri berangkat sendiri saat kerja, kali ini diantar jemput. Suami harus membuat nyaman,” papar Neny.

Konsekuensi kedua yang biasa dialami saat mengandung adalah ketidakstabilan emosi. Itu dilanda oleh berbagai sebab. Di antaranya adalah kecemasan, kegelisahan, penolakan dan stres akibat perubahan hormonal.

Padahal, kondisi psikologis ibu sangat mungkin berpengaruh pada perkembangan janin. “Lagi-lagi,suami memegang peran penting.Ibu hamil sangat membutuhkan support. Suami harus sadar bahwa perubahan-peruba han yang dialami istri akan menimbulkan ketidaknyamanan,”jelas Neny.

“Balikkan semua keadaan yang membuat istri tidak nyaman. Jika bunda cemas, beri dukungan dan hiburan. Kalau dia ragu, beri penguatan,” imbuh pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga tersebut.

Membuat nyaman tidak berarti harus memanjakan, tapi memenuhi kebutuhan secara proporsional dan realistis. Misalnya, ketika ngidam,istri menggunakan kesempatan tersebut untuk bermanja-manja. Sampai-sampai, sesuatu yang tidak masuk akal pun minta dipenuhi dengan alasan ngidam.

Ngidam, kata Neny, adalah bentuk pemaknaan seorang ibu atas dinamika psikologis yang dialami saat hamil.Ada dua jenis ngidam. Yakni, yang disebabkan dinamika fisiologis serta ngidamyang muncul dari obsesi tertentu.

Keduanya dimaknai secara berlebih oleh bunda. Ngidam yang disebabkan dinamika fisiologis, misalnya, bunda kekurangan kalsium. Tubuh akan mengirim sinyal ke lidah.

“Semestinya, bunda butuh konsumsi yang asin-asin. Tetapi,hal tersebut dimaknai berbeda. Bunda jadi pengin bebek goreng Pak A,misalnya. Mungkin, dulu dia pernah makan bebek itu dan enak sehingga bawah sadarnya meminta menu tersebut,” papar Neny.

Ngidam dari obsesi kadang lebih tidak masuk akal. Contohnya,bunda ingin bertemu bintang film tertentu atau ingin merasakan naik kendaraan tertentu. Kadang, perubahan-perubahan itu tidak bisa diatasi dan menimbulkan konflik.Misalnya, suami tidak care dan tidak suportif atau istri tertekan karena sikap mertua.

Pasangan harus melakukan konseling. Konseling tidak harus dilakukan di tenaga profesional,seperti psikolog. Cukup curhat kepada orang yang lebih berpengalaman yang kapabel mengentaskan masalah.

“Yang paling penting, sejak sebelum menikah, pasangan harus membangun persepsi bahwa kehamilan pertama adalah sesuatu yang menyenangkan.Itu konsekuensi dari pernikahan.So, pasangan harus siap,” tegas Neny.

Diposting ulang dari http://www.radar-bogor.co.id/index.php?rbi=berita.detail&id=82223

Tidak ada komentar:

Entri Populer